3 Tahun Jadi Wartawan News Detikcom, Gimana Rasanya?




18 April 2020!! Ditanggal ini tepat 3 tahun saya menjadi wartawan Detikcom, yang sering orang bilang salah satu portal berita online terbesar. Sebenarnya isi blog ini dikhususkan buat share traveling yang direncanakan atau traveling 'colongan' sambil kerja, cuma karena jadi wartawan juga sebuah perjalanan, ya nggak ada salahnya buat ditulis juga toh. 

Tulisan ini saya buat, nggak lebih sebagai bentuk syukur dan apresiasi buat diri sendiri, yang sebelumnya nggak pernah nyangka bisa bertahan sampai 3 tahun di Detikcom. Kenapa cuma buat apresiasi diri? karena kalau mau disombongin atau sok-sokan ya nggak bisa juga, banyak senior yang udah lebih lama makan asam garam di dunia jurnalistik. Banyak juga yang bertahan lebih dari 3 tahun di Detik, kalau mereka baca ini mungkin yang ada pada ngetawain, karena saya belum ada apa-apanya. 

Tapi sekali lagi, saya cerita disini karena memang masih nggak nyangka 3 tahun bertahan dengan berbagai drama, tekanan, dan berbagai keajaiban. Ya temen-temen detik news pasti ngerti, bahkan temen wartawan media lainpun saya rasa mengerti maksudnya. Jadi saya ceritain 3 tahun perjalanan saya ya, yang berminat monggo lanjut, yang nggak, mampir ke tulisan jalan-jalan aja ya.



Debat Capres Cawapres Pemilu 2019

Usai lulus kuliah nggak terhitung berapa kali masukin lamaran kerja ke berbagai tempat, nggak cuma ke media tapi juga ke berbagai perusahaan. Beberapa kali dipanggil interview media, tapi karena belum jodoh ya ujungnya kandas ditengah jalan. Ada satu yang paling berkesan dari kisah kandas ditengah jalan itu, dimana saya dipanggil salah satu media TV yang sebenernya nggak terkenal-terkenal banget (buat saya pada waktu itu). 

Dipanggil interview karena sebelumnya sudah masukin lamaran via jobstreet, sampailah saya dimeja user. Ada satu orang bapak-bapak yang masuk dan membawa cv saya, dia sekilas melihat pendidikan terkahir saya (tertulis D3 waktu itu). Tanpa minta saya perkenalkan diri, dia langsung bilang "Ngapain D3 ngelamar di media, sampe kapan pun kamu nggak akan bisa kerja di media," dilanjutkan dengan mencoret cv di depan muka saya. Rasanya gimana? Sakit hati jelas, anak baru lulus sudah dipatahkan semangatnya, tapi dari pengalaman 'manis' itu saya justru semakin bertekat membuktikan diri.  

Sidang Sengketa Pilpres 2019

Tanggal 31 Maret 2017 sebuah email masuk, sebagai undangan untuk mengikuti interview dengan dua user di Detikcom. Waktu itu, kantor Detikcom masih di Gedung Aldevco, Warung Jati. Usai proses interview, sebelum keluar ruangan saya diminta untuk menuliskan proses interview yang baru saja saya jalani menjadi sebuah tulisan dan dikirim melalui email.

Sampai akhirnya, tanggal 13 April 2017 email masuk dari Mas Nanang, yang tidak lama kemudian saya tau dia adalah HRD Detikcom. Dengan isi email..


"Sehubungan dengan proses rekrutmen dan seleksi yang telah dilakukan oleh Perusahaan, dengan ini kami sampaikan bahwa kami menerima Saudara sebagai karyawan di PT. Agranet Multicitra Siberkom.... Kami ucapkan “Selamat Bergabung”, semoga Saudara sukses meniti karir bersama kami," 

Senang dong, and the journey begins! Hari pertama masuk inget banget siang-siang disuru ke Lapas Jatinegara buat liat pencoblosan dan penghitungan suara pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Sampai lokasi, penghitungan suara selesai (apes). Terus digeser lah ke Istiqlal, karena pas banget Anies dinyatakan menang dan akan ke sana sekitar jam 7 malam. 


Gubernur DKI Jakarta Anies Baswesan- 17 Agustus 2019 

Hari-hari selanjutnya terasa berat, kaget karena tekanan kerja yang wow, dituntut serba cepat, konpers baru selesai sudah diminta berita padahal ngetik aja belum, dikit-dikit ditelepon, digeser dari selatan ke utara, harus tau isu, harus hafal muka-muka pejabat yang sebelumnya saya nggak tau dan bahkan mungkin nggak perduli mereka siapa. Pergi gelap pulang gelap, rumah cuma rasa tempat transit karena terasa baru tidur sebentar sudah berangkat lagi, belum lagi omelan-omelan yang serasa nggak boleh liat celah salah sedikit habis sudah riwayat mu.

Sampai ada dititik ngerasa takut setiap mau kirim berita, karena seringnya habis ngirim nggak lama kemudian ditelepon dan diceramahin dari mulai typo, beritanya nggak dimengerti, judulnya salah, berita nggak nyambung. Tapi pas ngirim berita dan berita naik tanpa adanya telepon masuk, itu rasanya plong masyallah dunia cerah banget deh pokonya!





Nggak pernah nangis kalau diomelin, tapi lama-lama ngerasa cape yang ujungnya anak kecil ini nangis juga (buat yang pertama kalinya) pas sampai rumah, mikir nyerah tapi baru sekitar 4 atau 5 bulan kerja. Hingga terbitlah wejangan Ibu nyemangatin anak kecilnya yang baru kerja "Ditahan dulu aja, itu buat belajar biar ke depanya bisa,".

Setahun kerja, bener-bener ngerasa learning by doing, udah mulai biasa kesana kemari dan kebal diomelin, tiba-tiba turun lah titah liputan pegang wilayah Bekasi. Ya deket sih jadinya sama rumah, cuma pikiran pertama saya gimana caranya kenal sama wartawan-wartawan wilayah, ngulang dari awal dong. Untungnya, kaka-abang yang pegang Bekasi baik-baik, i'm so glad to see you!


Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani


Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi 

Lagi senang-senangnya di Bekasi, ditarik kembali ke Pusat. Diputar lagi ke semua tempat, sampai akhirnya 'dicemplungin' ke bagian politik, bagian dimana saya paling menghindar untuk ditempatkan. Ya mending cari mayat sama datengin tempat bom deh dari pada ke politik, begitu dulu mikirnya. 

Sekali dua kali ditempatkan di KPU, disuru garap peraturan, tatacara pemilihan, karena pada saat itu masih persiapan untuk tahapan awal Pemilu 2019. Lama-lama ko nggak digeser-geser ke tempat lain ya, amsyong juga ternyata 'ditanem' disana sampai hal-hal yang berbau pemilu selesai.

Tapi akhirnya bersyukur, karena banyak ketemu wartawan lain yang jadi saudara, banyak nambah teman buat 'gila' bareng, dan bisa jadi bagian dalam sejarah pemilihan Presiden 2019 yang penuh warna dari terang sampai gelap gulita. 


Ketua KPU Arief Budiman


Anggota Bawaslu Mochammad Afiffudin

Hampir semua ditahapan dan momen pemilu 2019 saya rasain, pendaftaran parpol dan calon, debat pilpres berjilid-jilid, drama saling sengketa yang maraton tak kunjung usai, demo-demo dari berbagai kubu, pemilihan, penghitungan suara, sidang gugatan pilpres di MK yang hampir 20 jam nonstop, sampai pengumuman pemenang pilpres. Dan lagi, saya bersyukur buat kesempatan dan kepercayaanya ada dimomen itu, ya walaupun kerjanya masih berantakan. 




Ilham Akbar Habibie, Putra Pertama BJ Habibie

Banyak momen liputan yang nggak terlupakan tapi yang berkesan, ya liputan meninggalnya eyang BJ Habibie. Idola banget sama eyang, berkat jadi wartawan bisa ketemu dan wawancara sama eyang meski tak seberuntung yang lain yang bisa eksklusif, love you! Jadi paling seneng kalau disuru liputan ketempat baru dan jauh, apalagi kalau tempat liputanya bisa sambil colongan liburan. 

Usai drama-drama pilpres berlalu, dapat chat dari kantor yang ngasih tau kalau nama saya didaftarkan jadi wartawan RI 2. Agak aneh dan bingung mau iya atau nggak, cuma berkat wejangan Uni Dianjar wartawan TVRI panutanku, masukan dari Ibu dan beberapa teman yang intinya "Kesempatan mungkin nggak datang dua kali,".



So.. here i'm, anak kecil yang sempet nyerah buat bertahan di 3 tahunnya sekarang liputan kegiatan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, dan masih akan berjuang sampai nyerah 'jilid dua' atau sampai nemu 'rumah' yang baru?


See you!


You Might Also Like

1 comments

  1. Cerita yang menarik, Mbak. Ternyata kerja jadi wartawan itu banyak tantangannya, tentu jauh lebih sulit daripada jadi blogger, sepertinya

    BalasHapus

Ke Lombok? Yuk Intip si Manis Kuta Mandalika

Lombok, menjadi salah satu tempat yang banyak diincar para pelancong. Kali ini saya akan mengajak kalian mengintip sedikit keindahan pantai ...

Top Categories